BATAMHEADLINE – Di tahun 2019, secara global jumlah pengguna internet kini melebihi 4,39 miliar orang. Dalam jumlah total pengguna internet tersebut ada 3,48 miliar juga adalah pengguna media sosial.

Jika dibandingkan tahun sebelumnya, maka pengguna media sosial telah bertambah 288 juta orang (We Are Social, 2019).

Menurut data dari Statista (2019) kini lebih dari 5,1 miliar populasi dunia adalah pengguna smartphone. Secara signifikan, telah terjadi kenaikan 100 miliar pengguna baru dari tahun 2018.

Sedang dari tahun ke tahun, telah terjadi peningkatan 10% pengguna internet secara global. Dalam tren ini, penduduk Indonesia juga tidak mau ketinggalan.

Sejak 2019 lalu, telah ada 355 juta perangkat digital yang dimiliki 268 juta jiwa penduduk Indonesia. Jika dibandingkan jumlah perangkat digital seperti komputer, laptop, dan smartphone dengan populasi Indonesia, maka ada sekitar 133% perangkat digital.

Perbedaan daya adaptasi terhadap terhadap kemajuan teknologi digital di masyarakat bergantung pada kemampuan seseorang memahami dampak dari teknologi.

Dunia digital tentu memiliki dampak negatif dan dampak positif tergantung dari bagaimana seseorang menggunakannya. Oleh sebab itu, banyak pihak melakukan berbagai upaya penguatan literasi digital di tengah masyarakat.

Secara umum, upaya dan gerakan penguatan ini dimulai bertahun-tahun lalu. Banyak gerakan dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatan dan program untuk mengatasi berbagai isu digital dan ekosistemnya.

Literasi digital menurut definisi UNESCO (2018) adalah sebagai berikut: “Literasi digital adalah kemampuan untuk mengakses, mengelola, memahami, mengintegrasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi, dan menciptakan informasi secara aman dan tepat melalui teknologi digital untuk pekerjaan, pekerjaan yang layak, dan kewirausahaan. Ini mencakup kompetensi yang secara beragam disebut sebagai literasi komputer, literasi TIK, literasi informasi dan literasi media.”

Tantangan bagi seorang netizen 4.0 dalam sebuah keluarga sebagai unit sosial terkecil dalam beradaptasi atas teknologi ini tidaklah mudah. Perbedaan generasi menyebabkan perbedaan penggunaan dan kebiasaan dalam mengakses internet atau media digital habit.

Sebagian membutuhkan waktu lama dalam beradaptasi menggunakan teknologi internet, sebagian dianalogikan lahir, tumbuh, dan berkembang bersama internet itu sendiri. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan proses adaptasi dan penggunaan internet hingga perbedaan pola asuh sebagai akibat dari kemajuan teknologi informasi internet.

Dampak internet bagai pedang bermata dua karena selain berdampak positif juga memiliki sisi negatifnya. Penguatan literasi digital telah menjadi tantangan bagi banyak negara. Seiring cepatnya jumlah perangkat, akses, penetrasi dan inovasi teknologi digital, aspek literasi tertinggal jauh.

Literasi digital tidak sekadar tahu cara mengakses. Tetapi juga menjadi tanggap akan isu sosial di dunia digital. Sekaligus menjadi warga digital yang tangguh baik dalam pengetahuan, kecakapan, dan etika. Indonesia sudah mengalami banyak sekali isu dunia digital seperti peretasan, hoaks, perundungan siber, phishing, dsb.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like

Kecanduan Judi Online akibatkan Gangguan Mental

BATAMHEADLINE – Hari-hari ini Indonesia sedang berperang menumpas bahaya laten judi online.…

Making Indonesia 4.0, Langkah Indonesia Menuju Era Digital dan Otomatisasi

BATAMHEADLINE – Dalam era industri 4.0, pemerintah Indonesia bersama akademisi dan pelaku…

Menggali Kekayaan dan Keragaman Sumber Daya Pariwisata Nasional

BATAMHEADLINE – Kekayaan sumber daya alam dan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia…

Geliat Ekonomi Digital Daerah

BATAMHEADLINE – Transformasi Digital adalah proses mengubah cara-cara baru untuk bekerja terus…